Mengenal Sastra
Sastra, apakah itu sastra? Sebuah pertanyaan yang tidak lagi asing di telinga kita. Untuk menjawabnya sangatlah susah. Jika kita menjawabnya hanya sekedar karangan fiksi saja, maka tidak layak jawaban itu dilontarkan. Sebabnya adalah banyak karya fiksi yang mendasari pada kenyataan. Bahkan cerita fiksi pun pada dasarnya merupakan cerita rekaan yang berangkat dari kenyataan. Dan jika kita memberikan batasan tentang sastra yang berupa tulisan yang indah saja, maka bukankah karya Danarto, atau Sutarji misalnya yang tidak lain memiliki keindahan tulisan yang tidak istimewa patut dipertayakan? Tapi mengapa karya kedua sastrawan itu bisa kita masukkan ke dalam karya sastra.
Dalam memberikan pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa sastra ialah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan. Sastra merupakan bentuk seni, pengalaman hidup, dan sebagai rekayasa bahasa.
Dengan karya sastra, pengarang dapat melukiskan dan mencerminkan zaman dan masyarakat. Pengarang dapat mencerminkan cinta kasih, kesedihan, kebahagiaan, penderitaan, penindasan, tipu muslihat, kejujuran, keheroismean, dan perjuangan. Pada hakikatnya, sastra adalah pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa (Andre Harjana, 1981). Untuk dapat menikmati dan menilai suatu karya sastra itu baik atau tidak, maka perlu dilakukan apresiasi terhadap karya sastra tersebut.
Menurut S. Effendi apresiasi adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Kata “apresiasi” sendiri dalam KBBI diartikan sebagai :
a) kesadaran terhadap nilai-nilai budaya,
b) penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu.
Jadi apresiasi merupakan suatu kegiatan atau proses untuk menanggapi suatu hasil karya yang dapat membentuk pengalaman bagi diri seseorang.
Sastra merupakan bagian kehidupan dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Bahasa merupakan jembatan penghubung antara pengarang dengan pembaca.
Apresiasi sastra dapat juga kita artikan sebagai kegiatan memberikan penaksiran terhadap karya sastra serta nilai yang wajar, sadar, serta kritis.
Perilaku kegiatan apresiasi sastra dapat dibedakan atas perilaku kegiatan secara langsung dan perilaku kegiatan secara tidak langsung. Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca atau menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel, naskah drama, maupun teks sastra yang lain, sedangkan kegiatan langsung yang mewujud dalam kegiatan mengapresiasi sastra pada performansi, misalnya tampak dalam perilaku melihat, mengenal, memahami, menikmati, ataupun memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi, cerpen, pementasan drama di radio, televisi, maupun pementasan di panggung terbuka.
Kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, mempelajari buku-buku maupun esai yang membahas dan memberikan penilaian terhadap karya sastra, serta mempelajari sejarah sastra. Kegiatan itu disebut sebagai kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung karena kegiatan tersebut nilai akhirnya bukan hanya mengembangkan pengetahuan seseorang tentang sastra, melainkan juga akan meningkatkan kemampuan dalam rangka mengapresiasi suatu cipta sastra.
Kenikmatan apresiasi timbul bila :
1). Pembaca mampu menghayati dan memahami pengalaman orang lain lewat karya sastra
2). Merasa kagum atas kemampuan sastrawan mengekspresikan dan memperjelas makna kehidupan bagi pengalaman bathinnya.
3). Pengalaman bertambah sehingga pembaca memiliki wawasan dan dapat lebih arif dalam kehidupan,
4). Mampu menemukan nilai-nilai estetik, moral dan kemanusiaan dalam karya sastra.
Bekal awal seorang apresiator :
1). Punya minat dan kecintaan yang besar pada karya-karya sastra,
2). Penguasaan atas bahasa suatu karya sastra,
3). Penjiwaan atau keterlibatan batin,
4). Memiliki daya empati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar